Monday, February 11, 2008

ATAS NAMA RUANG TERBUKA HIJAU

Menyaksikan berita hari ini ( 10/02/08 ), ada yang membuat tergugah, marah, gundah, bahkan merasa salah sebagai manusia.

" Pasar Tradisional digusur, Bangunan mewah?"

" Bandara Soekarno-hatta tergenang"

begitulah kira-kira 2 tema berita yang gw saksikan melalui kotak hitam bergambar. Memang kedua tema berita tersebut berdeda , tapi secara garis besar ke-dua berita tersebut mempunyai isu kepentingan yang sama, yaitu Isu Lingkungan.

Pasar tradisional ditebas oleh Pemprov Dki Jakarta, dengan maksud mengembalikan jalur hijau yang diperuntukan sebagai ruang terbuka hijau, paru-paru kota dan dan daerah resapan air. Terpuji memang, tapi apakah memperhatikan sisi kemanusiaan dari tindakan tersebut.


Jakarta selama 30 tahun terakhir semakin kehilangan lahan terbukanya. Saat ini hanya sekitar 9% lahan terbuka yang masih tersisa, jauh dibawah batas ketetapan undang-undang yaitu 30%. Ini memang menjadi agenda kerja yang sedang gencar dijalankan oleh pemprov Dki Jakarta, karena
banjir, polusi, pemanasan global dan kenyamanan tata ruang kota sudah menjadi kepentingan yang sangat mendesak.

Mulai dari Pasar Barito, yang sudah terlebih dahulu dibabat habis dan rencananya akan kembali ditanamai pohon-pohon hijau. Pasar Keramik yang tinggal menunggu waktu and next, pasar buku-buku bekas ( Kwitang ) yang sebentar lagi hanya tinggal kenangan.

Ironisnya pasar - pasar tradisional yang sudah puluhan tahun mendiami jalur hijau akan ditumbangkan, bagaimana dengan gedung-gedung mewah yang juga masuk kedalam jalur hijau? kayaknya aman-aman aja!!!.

Jalur tol menuju bandara Soekarno-Hatta kembali tergenang air. Jalur transportasi internasional yang menjadi kebanggaan indonesia, seperti sudah lazim dan menjadi langganan tahunan, kembali tergenang. Beberapa pompa air bekerja keras menyedot berkah yang tuhan berikan ke muka bumi. Mengapa hal ini berlangsung terus-menerus dan berulang-ulang?

Menyempitnya ruang terbuka yang berguna sebagai tempat transitnya air hujan, diduga menjadi alasan kuat. Hutan bakau, rawa-rawa mulai hilang digantikan hutan beton dan rumah-umah mewah.

Melihat berita-berita tadi dan ditambah banjir bandang di situbondo, seharusnya membuat kita sadar, bahwa apa yang telah dititipkan kepada ras manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi
telah diingkari, kita terlalu rakus ( kita??? ) melahap alam ini untuk mengenyangkan isi perut kita.

Kerusakan alam akibatnya telah kita rasakan saat ini, dan secara kualitas maupun kuantitas balasan atas kelakuan buruk kita terhadap alam semakin dahsyat. Banjir dan tanah longsor terjadi hampir di seluruh pelosok negri, kekeringan dimusim kemarau mulai mengintai.

Saat untuk mengantisipasi mungkin agak terlambat. Sekarang saatnya kita harus memperbaiki.
Setiap rumah diharuskan memanam minimal 1 pohon diarea rumahnya, Tidak membuang sampah disembarang tempat, memberikan tempat agar air dapat meresap kedalam tanah / mungkin menyediakan sumur resapan, mungkin itu yang harus dijadikan rencana kerja jangka panjang ketua rukun keluarga di wilayah tempat gw tinggal . Secara daerah yang gw tempati saat ini lebih rendah dari daerah-daerah disekitarnya + perumahan tempat gw tinggal masih baru, jadi masih bisa ditata ulang, tdk seperti jakarta yang sudah semraut....

0 comments:

My photo
Bogor, Indonesia
Menulis apa yang dikerjakan, dilihat dan dirasakan. Menapak jejak - jejak blogger terdahulu. Menuangkan inspirasi hidup, dan mencoba ikut andil dalam euforia blogging di Indonesia. Cayoo!!